Diantara sekian banyak sahabat yang patut kita jadikan tauladan adalah Ali bin Abi Thalib R.A (disingkat Ali). Beliau memiliki tempat yang ‘istimewa’ di sisi rosul Muhammad SAW, selain karena kedekatan hidup, juga karena keterikatan keluarga. Ali adalah anak dari paman nabi yakni Abi Thalib. Nabi sendiri pernah diasuh cukup lama oleh Abi Tholib setelah ditinggalkan orang tua dan kakeknya.
Antara nabi Muhammad dan Ali terdapat rentang perbedaan usia sekitar 30tahun. Jadi saat nabi berusia 30 tahun, Ali baru dilahirkan. Karena nabi pernah diasuh oleh ayahnya Ali, maka tidak bisa dipungkiri Ali kemudian dididik dan dibesarkan oleh baginda nabi. Kedekatan ini, menyebabkan Ali mendapatkan informasi dan ilmu dari hari ke hari dari nabi secara langsung. Sehingga Ali menjadi seorang yang cerdas dan banyak menyampaikan hadits. Para ulama mengatakan kalau nabi diibaratkan sebagai kota ilmu (Madinatul Ilmu), maka Ali adalah pintu gerbangnya (Baabul Ilmu).
Dalam perjuangan dakwah islam, posisi Ali sangatlah luar biasa. Salah satunya adalah sikap heroik dan ‘mengandung resiko’ saat berusia 23 tahun. Ali bersedia tidur di tempat tidur rosul, menggantikan rosul sekaligus mengelabui rencana kaum kafir Quraisy yang akan membunuh rosul. Ali tidur di kamar rosul, sementara rosul pergi berhijrah dari Mekah ke Madinah.
Ali juga dipandang sebagai orang yang berani dan cakap dalam setiap peperangan, baik perang badar, uhud, khandaq, dan lain-lain. Bahkan, seorang sejarawan menulis keistimewaan Ali sampai 18 item baik dari sisi keilmuan, kecerdasaan dan kepeduliaan terhadap orang lain yang sedang ditimpa kesusahan. Kedekatan Ali dengan nabi pun, menjadikan Ali sebagai menantu rosul, Ali dinikahkan dengan Siti Fatimah, salah seorang putri nabi dari Siti Khadijah.
Jual Beli Unta
Ada satu kisah yang cukup menarik yang menggambarkan kualitas keikhlasan dan katulusan seorang Ali bin Abi Tholib. Pada suatu hari, saat pulang ke rumah, Ali menemui istrinya Fatimah dan berkata, “Adakah makanan untuk hari ini?” Istrinya menjawab, “Kita tidak memiliki makanan, yang ada hanyalah uang 6 dirham untuk persediaan makan Hasan dan Husain”.
Ali lantas berkata “Berikanlah uang itu kepada saya dan biarkan saya yang membelikan makanannya”.
Ali lantas berkata “Berikanlah uang itu kepada saya dan biarkan saya yang membelikan makanannya”.